Minggu, 14 Juli 2019

Catatan Kecil Perayaan Hari Jadi Ciamis ke 377

Pesta telah usai. Tinggallah kemeriahan itu dalam ingatan dan jejak-jejak. Bulan Juni di Ciamis agaknya selalu punya cerita tersendiri. Pada bulan ini Ciamis merayakan hari jadinya. Meski masih jadi perdebatan khususnya di pemerhati sejarah, namun setidaknya sejak 1972 hingga hari ini 12 Juni diyakini dan ditetapkan pemerintah sebagai hari jadi kabuaten Ciamis. Rangkaian peringatan hari jadi ini biasanya dilakukan sejak awal Juni. Macam-macam kegiatan digelar mulai dari kegiatan ziarah Bupati Ciamis ke beberapa tempat yang dianggap memiliki kaitan sejarah dengan kabupaten Ciamis sampai pentas-pentas seni buat memeriahkan dan menghibur masyarakat Ciamis, khususnya di pusat kota. 

Semasa masih hidup, pertunjukan wayang goleh Giri Harja 3 pimpinan Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya adalah puncak sekaligus penutup rangkaian kegiatan yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat Ciamis. Setelah beliau berpulang, pertunjukan wayang golek sarat makna dan humor itu agaknya hanya tinggal jadi rindu. Panitia peringatan hari jadi Ciamis sepertinya berupaya menghadirkan hal lain yang tak kalah monumental. Sebagaimana kematian tokoh atau seniman besar lainnya, kematian Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya setidaknya membawa “berkah” tersendiri bagi seniman lain. Seniman-seniman lain yang biasanya duduk sebagai penonton Ki Asep, kini berkesempatan lebih besar “manggung” sebagai yang ditonton.

Selain prosesi seni Ngebral Pataka pada 12 Juni yang dihelat di halaman Pendopo Kabupaten Ciamis, tahun ini setidaknya ada tiga pentas utama yang mengisi peringatan Hari Jadi Ciamis ke 377 : Galuh Ethnic Carnival (GEC), Karnaval SCTV, dan Pesona Galuh Nagari. 

GEC tahun ini digelar pada 25 – 26 Juni 2019 di Alun-Alun Ciamis. Seperti gelar perdananya ada 2018, GEC tahun ini pun agaknya menjadikan seni helaran sebagai primadona. Banyaknya kesenian helaran di Ciamis, baik yang sudah ada sejak lama maupun yang dibuat dadakan, menjadi latar belakang diadakannya kegiatan ini. Jika Jember bisa mendunia dengan Jember Fashion Carnival-nya, maka Ciamis sepertinya ingin muncul mengusung ethnic carnival. Beberapa seni helaran Ciamis yang turut serta diantaranya: Marching Band Gema Galuh Ciamis, Wayang Landung Panjalu, Pontrangan Cimaragas, Mengmleng Winduraja, Mabokuy Rajadesa, Bebegig Sawah Saung Sadulur Kawali, Barongan Purwadadi, dan Bebegig Baladewa Sukamantri. Selain dari Ciamis, ada pula peserta helaran dari Bandung Barat, Indramayu, Karawang, Garut, Banjar, dan Purwakarta. Tidak hanya helaran, kegiatan yang dimotori oleh Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudpora) kabupaten Ciamis ini dimeriahkan pula oleh sajian pertunjukan dari Padepokan Seni Budaya Rengganis dan Padepokan Suryalaga Banjarsari, Sanggar Galuh Pakuan Panumbangan, Studio Titik Dua, Uceng Grup Cijeungjing, dan pada malam hari sajian ronggeng dari SGBS 2 memungkas hari pertama Galuh Ethnic Carnival. Kegiatan yang berbarengan dengan acara Ngobi Bareng di halaman Pendopo Kabupaten Ciamis ini diisi pula oleh pameran benda-benda pusaka koleksi museum-museum yang ada di Ciamis. 

Setelah dua hari tanpa kemeriahan, Alun-Alun Ciamis kembali ramai lantaran Karnaval SCTV pada 29 – 30 Juni 2019. Dimulai pada Sabtu pagi hingga Minggu sore secara off-air dan on-air, acara ini diramaikan oleh sajian musik dari kelompok musik industri, sulap, pemutaran film, bazar prodak sponsor, lomba-lomba, dan karnaval artis-artis sinetron SCTV. Selayaknya acara-acara stasiun tv nasional lainnya, SCTV pada kesempatan ini memboyong pula para pesohor dunia hiburan buat mengisi acara. 

Jika Disbudpora punya Galuh Ethnic Carnival maka mantan teman sekantornya, Dinas Pariwisata Ciamis, punya Pesona Galuh Nagari. Frasa ini agaknya bukan sekedar judul acara dalam rangka memperingati Hari Jadi Ciamis sebab dalam banyak kesempatan lain Dinas Pariwisata kerap kali menggunakan frasa ini sebagai nama kegiatannya. Pesona Galuh Nagari yang diperkenalkan sejak 2016 ini lebih seperti istilah untuk “paket wisata Ciamis” produksi Dinas Pariwisata Ciamis. Selain sajian pertunjukan, Pesona Galuh Nagari tahun ini diisi pula pameran produk pariwisata dan bazar kuliner jajanan Ciamis. Sajian pertunjukannya sendiri dihelat pada 29 Juni 2019 malam di area timur Taman Raflesia Ciamis. Masyarakat Ciamis akrab menyebut tempat itu dengan istilah “bilbor” sebab di sana terpampang billboard raksasa milik Pemda Ciamis. 

Kedatangan rombongan pawai obor dari Pendopo Kabupaten Ciamis ke lokasi acara menandai dimulainya kegiatan. Selain Bupati, Wakil Bupati, dan pejabat Ciamis  lainnya, turut pula Bebegig Baladewa Sukamantri, Genjring Ronyok Kawali, tokoh dan anggota komunitas adat, serta beberapa penari dalam rombongan. Malam itu, sejak dimulai sekitar jam 8, ratusan penonton yang meski dengan berjejal dan penuh sesak  mampu bertahan menonton hingga pungkas menjelang tengah malam. Sederet sajian pertunjukan yang manggung malam itu diantaraya: tari oleh Studio Titik Dua (Tari Kele, Tari Kedok, Tari Karembong Koneng, Tari Girimis), baca puisi oleh Godi Suwarna, musik dan tari oleh EMKA 9 dan Dwi Khan Bintang Pantura 5 (Jaipong Wangsit Siliwangi, Karembong Koneng, Tari Dangiang Ki Sunda, Girimis). Selain tari, musik, dan baca puisi, kegiatan penutup rangkaian peringatan Hari Jadi Ciamis ke 377 ini pun dimeriahkan oleh pelawak Ohang yang dengan canda khasnya berhasil membuat Bupati dan penonton lainnya terpingkal-pingkal. Kelucuannya makin menjadi tatkala ia berkolaborasi dengan kelompok calung asal Ciamis pimpinan Kuwu Uceng dan pelawak perempuan legendaris Ciamis, Ma Apay. Selain memantik tawa para pejabat tamu undangan, Ohang cs pun sukses merayu mereka merokoh kocek buat nyawer. Sungguh rejeki nomplok. Malam Minggu di akhir Juni itu pun dipungkas dengan ngibing bersama dipirig tepak Bajidoran oleh kelompok musik asal Purwakarta, EMKA 9.

Kemeriahan peringatan Hari Jadi Ciamis ke 377 kemarin cukup sukses menghibur dan memberdayakan masyarakat. Namun sejatinya tidak ada kesuksesan yang sempurna. Ada saja satu dua hal yang acap kali luput dan menjadi pekerjaan rumah buat perbaikan hari esok. Terkait kemeriahan peringatan kemarin, dengan menggunakan kaca mata salah satu pola kerja teater, ada beberapa hal yang barangkali bisa menjadi masukan buat perbaikan di masa mendatang.

Pertama, konsep. Alangkah baik kiranya bilamana seluruh rangkaian kegiatan  peringatan Hari Jadi Ciamis mengusung satu gagasan dasar atau konsep yang sama. Konsep ini bisa berupa visi yang kemudian diartikulasikan menjadi logo dan tema besar kegiatan. Biarlah konsep dasar ini diterjemahkan secara kreatif oleh pelaksana kegiatan menjadi bentuk acara yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan kesatuan konsep dasar ini kegiatan-kegiatan yang digelar akan terasa sinambung dan jelas benang merahnya. Tidak terkesan sporadis dan mungkin bisa menekan ego sektoral  yang hingga kini masih terasa di kalangan instansi pemerintah khususnya yang memiliki irisan  macam Disbudpora dan Dinas Pariwisata.

Kedua, koordinasi dan komunikasi. Hal lain yang tampaknya masih menjadi pekerjaan rumah besar dari kegiatan kemarin adalah tentang koordinasi dan komunikasi. Lantaran dua hal ini kurang terbangun dengan baik maka terjadi kesimpang siuran dalam beberapa kegiatan. Misalnya saja tentang agenda acara pada pembukaan Galuh Ethnic Carnival yang selain simpang siur sehingga membuat tim kesenian prosesi seni pembukaan melakukan improvisasi tepat pada saat pertunjukan berlangsung, juga bertabrakan waktu dengan agenda Ngobi Bareng di halaman Pendopo Kabupaten Ciamis. Koordinasi dan komunikasi harus terjalin baik dengan semua pihak yang terlibat, bukan hanya antar instansi namun juga dengan pengisi acara atau pihak terkait diluar kepanitiaan lainnya.

Ketiga, pemahaman teknis. Ini yang sering kali dilupakan, ya, persoalan teknis. Sebuah gagasan yang bagus sukar terwujud mendekati sempurna bilamana hal-hal teknis tidak mendukung. Panitia pelaksana memang tidak harus secara mendetil memahami hal teknis. Bisa saja mereka meminta pendapat pihak lain yang memang mengusai hal tersebut. Yang wajib dipahami adalah bahwa dalam sebuah penyelanggaraan kegiatan, apalagi pertunjukan seni, hal teknis punya andil besar untuk kesuksesan acara. Misalnya saja, pada panggung Pesona Galuh Nagari. Lantaran sebagian besar pertunjukan diisi oleh sajian yang membutuhkan tata cahaya panggung tertentu yang dapat mendukung suasana dramatis yang sesuai, maka perangkat tata cahayanya pun mustilah menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Lampu panggung pertunjukan punya peruntukan dan fungsi-fungsi yang berbeda. Demikian pula media pengatur atau mixernya pun punya spesifikasi tersendiri sesuai kebutuhan. Sayangnya, perangkat tata cahaya yang tersedia kemarin tidak mendukung untuk itu. Perangkat yang ada kemarin lebih sesuai untuk pertunjukan musik/band. Alhasil, keberadaan lampu panggung kurang optimal dalam mendukung pertunjukan-pertunjukan yang digelar.       

Keempat, manajemen organisasi. Dalam melaksanan suatu kegiatan pastilah ada sekumpulan orang yang mengerjakan pekerjaan tertentu guna mewujudkan kegiatan tersebut. Idelanya, siapa melakukan apa sudahlah terencana sejak awal agar tidak terjadi tumpang tinding dan kesimpang siuran. Patut pula diberi kejelasan siapa komandan atau penanggungjawab dari masing-masing divisi kerja agar kerja-kerja, khususnya kerja lapangan yang butuh eksekusi cepat, bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Hal manajeman organisasi ini agaknya terkait erat sekali dengan koordinasi dan komunikasi. Dalam hal manajemen organisasi agaknya penting juga mengingat pepatah asing “the right man in the right place” dan satu pepatah lain yang sering sekali dikutip almarhum Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, “Not gun! But the man behind the gun”. 

Lepas dari semua kritik, kerja-kerja Pemda Ciamis khususnya Disbudpora dan Dinas Pariwisata patut diapreasiasi. Sejauh ini, setidaknya melalui dua kegiatan yang baru saja digelar, cukup banyak potensi kesenian yang berupaya digali, diangkat, dan diperkenalkan ke khalayak. Hal ini tentu membawa dampak positif tersendiri dan semoga di waktu yang akan datang, dampak positif ini bisa jadi pemicu untuk dampak-dampak positif lainnya. 

Salah satu dampak positif kegiatan kesenian adalah terlupakannya polaritas sebagian masyarakat akibat Pemilu 2019. Hal ini secara bijak dipotret oleh Dr. K. H. Fadlil Yani Ainusyamsi, MBA., M. Ag., (Kang Icep) yang menyamapaikan do’a pada malam panggung Pesona Galuh Nagari. Semoga tontonan bisa menjadi tuntunan.

Dirgahayu Ciamis.

Pakéna kerta bener
Pakeun nanjeur na juritan
Pakéna gawé rahayu   
Pakeun heubeul jaya dina buana

Panjalu, 2 Juli 2019 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ciamis Jadi Galuh: Lagu Lama Kaset Baru?

  “Duh, meni norowélang kitu ngadongéngkeun Situ Panjalu. Na urang mana kitu ujang téh?” “Abi kawit mah ti Panjalu, Galuh palihan kalér.” ...