Sabtu, 03 Desember 2016

Kopi Panas


Fred :
Sebenarnya ini pembicaraan lama. Kamu masih ingat kan? Kita pernah membicarakannya.

Mat :
Yap. Ingatanku belum seburuk yang kau kira. Kau panjang lebar membahasnya dengan menggebu-gebu seperti tukang obat yang membara mempromosikan dagangan.

Fred :
Rendah sekali kamu membandingkan. Dengan seorang calon gubernur kan bisa lebih berkelas analoginya.

Mat :
Apa bedanya kampanye calon gubernur dan orasi tukang obat? Sama saja. Sama-sama jualan. Lagi pula, apa rendahnya tukang obat? Tak ada tinggi rendah dalam profesi, Bung. Yang rendah itu jika kau sekedar cari duit dari profesimu.

Fred :
Lho. Bukannya profesi itu buat cari penghidupan?

Mat :
Tentu. Tapi ketika kepala hanya berorientasi pada uang belaka, apa bedamu dengan kera?

Fred :
Ah, sudahlah. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu.

Mat :
Aku hanya mengingatkan. Peradaban-peradaban besar yang pernah ada di zaman kuno hancur karena materialisme yang kebablasan.

Fred :
Maksudmu?

Mat :
Semua peradaban besar di dunia ini tak pernah mengenal segregasi absolut antara materi dan imateri. Semua ilmu, arsitektur, seni, ekonomi, dan segala yang mereka lakukan bersumber dari keyakinan pada sesuatu yang gaib sama sekali. Dunia materil mereka dibangun di atas pondasi iman pada hal yang invisible.

Fred :
Okultisme?

Mat :
Lebih dari itu. Spiritualitas yang beremanasi. Bertransformasi jadi candi, jadi tarian, jadi puisi-puisi, jadi tata kehidupan. Sadarkah kau bahwa segala peradaban besar dibangun di atas pondasi imateril, gaib?

Fred :
Ah, omong kosong itu lagi. Dengan mendasarkan peradaban dari imeterialitas buktinya peradaban mereka hancur. Itu semua hanya keyakinan semu. Dunia ini hadir karena dialektika material, Kawan.

Mat :
Dangkal. Nilai pelajaran sejarahmu pasti buruk. Kau tahu berapa lama Mesir Kuno jadi primadona di zamannya? Peradaban Tiongkok Kuno? Peradaban Islam pernah lama menguasai dunia...

Fred :
Lantas hancur oleh mereka sendiri.

Mat :
Terima kasih untuk tidak memotong ucapanku!

Fred :
Ayolah, perdebatan kita tentang hal ini hanya pengulangan saja, Matris. Berulang kali kita membahas hal ini, dan sama saja. Kamu menggebu membela ideologi holistikmu. Dan aku masih teguh pada keyakinanku.

...........

Fred :
Kopi?

Mat :
Boleh. Tanpa gula.

Fred :
Tak perlu kamu ingatkan.

Mat :
You are my man.

Karang Mawar,

3 Des. 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ciamis Jadi Galuh: Lagu Lama Kaset Baru?

  “Duh, meni norowélang kitu ngadongéngkeun Situ Panjalu. Na urang mana kitu ujang téh?” “Abi kawit mah ti Panjalu, Galuh palihan kalér.” ...