Sambil menulis artikel ini,
sebenarnya saya dihinggapi was-was terus menerus, khawatir kalau Perusahaan
Listrik Negara (PLN) tiba-tiba memadamkan aliran listrik di kampung saya
tercinta ini.
Maklum, baterai laptop yang saya
gunakan ini sudah drop, jadi harus melulu di-charge. Kalau
listrik tiba-tiba mati, ya mati juga laptop saya.
Perkara mati listrik mendadak
memang bukan hal baru di kampung saya. Setelah hampir tiga dekade saya
melanglang di muka bumi, soal mati listrik tanpa pemberitahuan adalah bagian
tak terpisahkan dari hidup kami di kampung.
Saya tinggal di kampung di kaki
Gunung Sawal di Jawa Barat. Seperti lagu “Naik-Naik ke Puncak Gunung” yang
legendaris itu, kanan-kiri jalan benar-benar dipagari pohon-pohon. Bedanya,
yang berjejer di sepanjang jalan di dan menuju kampung saya bukanlah pohon
cemara, tapi berbagai macam pohon dari mulai pohon duren sampai makan favorit
panda, bambu.
Dan sebagaimana di kampung-kampung
lain di Indonesia, pohon-pohon yang berusia lebih tua dari saya itu berbagi
ruang dengan kabel listrik milik PLN. Tepat di samping rumah, kabel listrik itu
bukan saja berbagi ruang, melainkan saling berkelindan, bersilang sengkarut,
dengan pohon jeruk dan pisang.
Tiap kali pisang matang dan
pohonnya harus ditebang, saya harus benar-benar mengukur secara presisi arah
jatuhnya pohon itu. Salah hitung bisa panjang urusannya. Listrik satu kampung
berpotensi mendadak mati.
Ketika musim hujan datang,
kemungkinan listrik padam menjadi berkali-kali lipat. Apalagi di bulan-bulan
ini. Angin di bulan Junuari hingga Maret biasanya berhembus lebih kencang dari
bulan-bulan lain. Secara klimatologis arah dan kecepatan angin disebabkan oleh
sekian gejala alam yang terjadi, termasuk kelembaban udara dan perubahan suhu
di lautan lepas.
Musim angin kencang seperti
bulan-bulan ini biasa dikenal oleh orang-orang di kampung saya dan secara umum
di Jawa Barat sebagai pertanda sebentar lagi akan Lebaran Cina. Yap, Lebaran
Cina alias Tahun Baru Imlek.
Mengapa di sebut lebaran? Meski
hampir di tiap rumah memasang kalender yang ada tanggalan Masehi dan
Hijriahnya, yang jelas kapan tahun barunya, tapi orang-orang di kampung
biasanya Idul Fitri atau lebaran sebagai momen “tutup tahun”.
Segala usaha “mencari dunia”
selama sebelas bulan nyaris diorientasikan sepenuhnya pada lebaran. Tidak heran
ketika akhir bulan puasa, orang-orang sibuk menghabiskan uang untuk segela
keperluan. Bahkan untuk hal yang ngga perlu-perlu amat.
Sebagai penanda waktu, lebaran
juga dijadikan patokan. Pertanyaan “kapan kawin?” biasanya akan dibalas dengan
lebaran sebagai patokannya: “lebaran tahun depan”.
Karena terbiasa memaknai lebaran
sebagai momen pergantian tahun, maka Tahun Baru Imlek juga disebut Lebaran
Cina. Kenapa 1 Januari tidak disebut lebaran juga? Ah, saya belum nemu
jawabannya. Mudah-mudahan lebaran tahun ini saya bisa dapat jawabannya.
Kembali ke soal pokok sesuai judul
tulisan ini. Nah, karena angin berhembus kencang menjelang Lebaran Cina ini
maka banyak ponsia alias pohon lanjut usia yang tak kuat lagi tegak berdiri.
Mereka tumbang.
Tubuh jangkung mereka tak jarang
menimpa kabel yang melintang. Demi mengurasi resiko kesetrum, petugas PLN tentu
harus mematikan dulu aliran listrik ketika hendak membetulkan kabel yang malang
itu. Walhasil, listrik di kampung saya dan sekian kampung lainnya padam.
Kalau itu terjadi di malam hari,
kampung kami tahun 2021 ini tak beda dengan Hindia Belanda di zaman kolonial:
gelap gulita.
Tapi sebenarnya saya dan kebanyak
warga di kampung ini masih bersyukur. Kondisi di sini, meski menjelang Lebaran
Cina, masih terbilang baik ketimbang saudara-saudara kami di pelosok Papua yang
konon masih banyak yang belum menikmati listrik.
Tapi, wajar donk kalau saya cerita
kaya gini. Saya kan bayar listrik juga tiap bulan. Tanpa subsidi pula. Saya
bukan ngeluh kok. Apalagi mengkritik. Cuma curhat ini mah.
Moga-moga Bapak Zulkfli Zaini Sang
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara atau sekalian Bapak Erick Thohir
adalah salah satu pembaca blog saya sehingga curhatan urang kampung ini
bisa membuka mata bahwa Indonesia bukan cuma Jakarta dan Jawa Barat bukan cuma
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar